Limo | jurnaldepok.com
Mendekati masa pelaksanaan Pilkada Depok, elektabilitas paslon nomor urut 2, Supian-Chandra di wilayah Kecamatan Limo kian moncer hingga menyentuh angka di atas 70 persen.
Ketua Tim Pemenangan Supian-Chandra unsur lintas partai wilayah Kecamatan Limo, Sahrul Afandy mengatakan, dari hasil polling canvasing yang dilakukan, elektabilitas paslon nomor urut 2 mencapai 71,5 persen dengan rincian 54 persen di wilayah Kelurahan Krukut, 65 persen di wilayah Kelurahan Grogol, 81 persen wilayah Kelurahan Limo dan 87 persen di wilayah Kelurahan Meruyung.
“Semua tim pemenangan Supian-Chandra di tingkat kecamatan melakukan polling canvasing dan untuk wilayah Kecamatan Limo, hasil polling canvasing terbaru tercatat elektabilitas Supian-Chandra mencapai 71,5 persen. Kami berharap trend peningkatan elektabilitas ini akan terus melejit hingga pelaksanaan Pilkada 27 November nanti,” ungkap Betlack sapaan akrab Sahrul Afandy.
Dikatakannya, kegiatan polling canvasing dilaksanakan kepada warga di setiap dengan basis daftar pemilih tetap (DPT).
“Alhamdulillah, antusias warga untuk memenangkan paslon perubahan semakin kuat, hal ini dapat dilihat dari hasil polling canvasing dimana elektabilitas Supian-Chandra cenderung terus meningkat,” imbuhnya.
Kecenderungan meningkatnya elektabilitas pasangan calon Supian-Chandra di wilayah Kecamatan Limo disambut baik oleh koordinator tim pemenangan Supian-Chandra dari unsur Dewan BCL, H. Mohamad HB.
“Kami bersyukur karena elektabilitas paslon nomor urut dua terus meroket, ini menggambarkan betapa masyarakat Kota Depok khususnya warga Kecamatan Limo menginginkan perubahan Depok yang lebih baik,” papar politis Partai Gerindra.
Meski merasa lega dengan hasil canvasing, namun dirinya meminta kepada para relawan pendukung dan simpatisan paslon nomor urut 2 agar tidak kendor dalam melaksanakan sosialisasi dan ajakan kepada warga hingga batas akhir diperbolehkan berkampanye.
“Gas terus jangan kasih kendor, kami mengimbau kepada warga agar tidak tergoda dengan aksi politik uang karena sikap tersebut jelas akan menodai marwah demokrasi. Jangan hanya dengan uang Rp 100-200 ribu, suara kita bisa dibeli, tunjukan bahwa kita warga yang baik dan hanya memilih calon yang sesuai pilihan hati nurani bukan karena uang,” tutupnya. n Asti Ediawan